Budaya Tana Toraja memiliki upacara pemakaman khusus dan unik yang disebut Rambu Solo. Di Tana Toraja, mayat tidak dikubur, tetapi dimasukkan ke dalam Tongkanan untuk beberapa waktu. Periode penempatan ini bisa lebih dari 10 tahun sampai keluarganya memiliki cukup uang untuk mengadakan upacara untuk almarhum. Setelah upacara, mayatnya dibawa ke peristirahatan terakhir di Goa atau dinding gunung. Tumpukan tengkorak menunjukkan kepada kita bahwa mayat itu tidak dikuburkan tapi hanya diletakan di batuan, atau di bawah, atau di dalam lubang.
Tujuan Wisata Budaya Tana Toraja adalah wisata Sulawesi Selatan yang paling populer.Tana Toraja merupakan objek wisata yang terkenal dengan budaya yang kaya. Kabupaten yang terletak sekitar 350 km sebelah utara Makassar itu sangat populer dengan bentuk rumah adat dan bangunan serta upacara pemakaman.
Untuk mencapai Tana Toraja dapat menggunakan penerbangan domestik Makassar-Tana Toraja. selama 45 menit dari Bandara Hasanuddin Makassar. Bisa juga ditempuh dengan kendaraan darat, mengambil tujuh jam, perjalanan dari Makassar dengan darat.
Makale Rantai Pao, ibu kota Tana Toraja, dihiasi kolam dengan diameter puluhan meter dan lampu air mancur dekoratif dan menawan, seakan menyambut setiap orang yang tiba di Makale, dan berkesan mewah, disertai dengan sejuk dan segar nya pemndangan dan udara .
Tongkonan
Rumah adat Toraja bernama Tongkonan. Atapnya terbuat dari daun nipa atau daun kelapa dan proses pembuatannya dapat berlangsung selama beberapa dekade. Tongkonan juga memiliki tingkat yang sesuai strata aristokrat masyarakat (emas strata, tembaga, besi, dan kuningan). Mistik, kesan yang menempel secara instant ketika mengintip ke dalam tongkonan tua yang gelap. Mayat-mayat itu dikuburkan di tongkonan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, di atas ruang setinggi pinggang di sudut ruangan di tongkonan.
Rumah struktur bambu beratap sudah berusia ratusan tahun dan masih dipertahankan,Pengaturan tanduk kerbau didepan rumah, menjadi aksesoris yang menarik mata, disertai garis gading babi digantung dekat langit-langit di halaman rumah .
Pengaturan tanduk kerbau menunjukkan strata sosial pemilik rumah, semakin banyak tanduk berarti menjadi kaya karena ia sering mengadakan upacara adat. Sementara taring babi menunjukkan bahwa berapa banyak rumah itu melakukan upacara syukuran.
Kawasan pemakaman kuno Londa
Pemakaman kuno Londa merupakan tanah pemakaman kuno yang terletak di dalam gua. Di luar gua terlihat boneka kayu Toraja. Patung itu merupakan replika atau miniatur tubuh orang mati dan dikuburkan di tempat. Miniatur hanya diperuntukkan bagi bangsawan yang memiliki strata sosial yang lebih tinggi, warga biasa tidak memiliki kehormatan untuk dibuat patung.
Dulu orang menjebol /mengukir tebing ini selama bertahun-tahun, sehingga tubuh mereka yang meninggal bisa ditanam di dalamnya. Semakin tinggi lokasi peti mati, berarti juga strata sosial yang lebih tinggi.
Pemakaman tertua desa Kete 'Ke'su.
Sebelum akrab dengan budaya yang lebih maju, Toraja menempatkan peti mayat di tebing tanpa tanaman.Tampak tulang tersebar di sekitar tebing dan peti sudah tulang rapuh dan berlubang dan melihat ke dalam peti, Kotak-kotak ini sudah berusia ribuan tahun,pemakaman ini lebih tua dari kuburan di Londa dan Lemo.
Untuk pilihan wisata di Sulawesi Selatan, silahkan baca juga : Pesona Wisata Budaya Tana Toraja bagian II , Pesona Wisata Budaya Tana Toraja bagian III .
Tag :
Sulawesi Selatan
0 Komentar untuk "Pesona Wisata Budaya Tana Toraja bagian I"