candi Sukuh di Surakarta, Jawa Tengah Bagian II - Melanjukan pembahasan kita tentang candi Sukuh di Surakarta di Jawa Tengah sebelumnya, dalam teras ketiga ini ada sebuah halaman yang besar dengan candi utama dan beberapa bantuan di sebelah kiri dan patung-patung di sebelah kanan. Jika pengunjung ingin datang ke candi utama, maka sebelumnya harus melalui tangga batu relatif lebih tinggi daripada batu tangga selain itu melalui lorong sempit. Arsitektur ini dikatakan sengaja di buat begitu karena induk candi yang mirip dengan bentuk vagina, menurut beberapa ahli sengaja dibuat untuk menguji keperawanan gadis itu.
Menurut cerita, jika seorang gadis melakukan pendakian perawan, selaput dara akan robek dan berdarah. Tapi jika dia tidak perawan lagi, maka ketika menginjak tangga batu, kain akan dipakai akan robek dan terpisah.
Tepat di atas candi utama di tengah ada kotak yang muncul untuk menjadi tempat untuk meletakkan sesaji. Di sini ada jejak dupa, kemenyan dan dupa yang dibakar, sehingga terlihat bahwa tempat yang mereka gunakan untuk berdoa.
Dengan struktur seperti ini bisa dibilang Sukuh melanggar menurut pola buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Dalam buku itu dijelaskan bahwa bentuk candi harus persegi dengan pusat tepat di tengah, dan tengah tempat paling suci. Sementara ikwal Sukuh ternyata menyimpang dari aturan-aturan, tidak mengejutkan, karena ketika Sukuh dibuat, era kejayaan Hindu memudar, dan mengalami pasang surut, sehingga budaya asli Indonesia terangkat ke permukaan lagi dari budaya prahistori zaman Megalitikum, sehingga mau tidak mau budaya dari masyarakat adat di Indonesia dan juga menambah ciri candhi Sukuh ini. Karena trap ketiga paling suci, maka itu diketahui jika ada banyak reruntuhan. Seperti trap pertama dan kedua, pelataran trap ketiga ini juga dibagi dua oleh setapa jalan yang terbuat dari batu. Batu jalan di tengah-tengah halaman candi jarang ditemukan di candi pada umumnya. Model jalan seperti itu terdapat hanya di " bangunan suci" era prasejarah megalitik.
Di sisi selatan batu jalan, di halaman ada fragmen batu yang menggambarkan cerita Sudamala. Sudamala adalah salah satu dari lima prajurit Pandawa, yang dikenal sebagai Sadewa. Sudamala disebut, karena Sadewa telah berhasil "ngruwat" Dewi Durga yang mendapat kutukan dari Guru untuk perselingkuhan. Sadewa berhasil "ngruwat" Bethari Durga yang asli adalah raksasa betina bernama Durga atau Hyang Pramoni kembali ke wajah aslinya ke surga bidadari dengan nama Uma Sudamala Bethari yang memiliki arti dibebaskan kutukan atau yang telah berhasil "ngruwat" cerita sebagai Sudamala adalah diambil dari lagu buku Sudamala.
Di lokasi ini ada dua patung Garuda, yang merupakan bagian dari cerita pencarian Tirta Amerta Adiparwa yang terkandung dalam buku, buku pertama dari Mahabharata. Pada ekor Garuda ada tulisan. Kemudian sebagai bagian dari cerita pencarian Tirta Amerta (air kehidupan) di bagian ini juga terdapat tiga patung penyu mewakili bumi dan inkarnasi dari Dewa Wisnu. Bentuk Penyu menyerupai meja dan ada kemungkinan itu dirancang sebagai tempat untuk meletakkan sesaji. Sebuah piramida terpotong melambangkan puncak Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk laut mencari Tirta Amerta.
Secara keseluruhan, mengunjungi tempat-tempat Candi Sukuh memberikan wawasan baru akan bentuk candi dan relief-relief yang tidak biasa seperti candi-candi lain di pulau Jawa. Tentunya ini adalah bukti kekayaan budaya Indonesia.
Untuk pilihan wisata di Jawa Tengah, silahkan baca juga : Candi Sukuh di Surakarta, Jawa Tengah Bagian I , Menilik Sejarah ke Benteng Pendem Cilacap , Wisata Lawang Sewu yang Terkenal Keangkerannya , dan artikel lainnya .
Tag :
Jawa Tengah
0 Komentar untuk "Candi Sukuh di Surakarta, Jawa Tengah Bagian II"